Persaingan antar proyek properti sedemikian ketat sehingga adu strategi menjadi bagian penting untuk memenangkan persaingan. Banyaknya proyek pesaing seringkali mempersulit gerak dari sebuah proyek untuk eksis di pasar. Namun tanpa pesaing pun sebenarnya proyek akan dihadapkan pada sebuah kondisi yang tidak mudah. Jadi, mana yang lebih baik dipilih, bermain sendiri dalam sebuah wilayah persaingan atau bermain dalam kondisi sudah mulai banyak proyek sejenis yang masuk pasar?

baca juga : GOLDEN PROPERTY AWARDS 2019 THE WINNERS

Kita tentunya belum lupa dengan masa keemasan properti pada kurun waktu 2009 sampai 2012 dimana harga properti meningkat tajam dengan kenaikan rata-rata bisa mencapai 30 persen per tahun. Bahkan, ada yang mencapai 3 kali lipat pada periode tersebut. Wilayah yang menjadi primadona waktu itu adalah Serpong. Apa yang terjadi saat ini? Selain akses tol yang membuat wilayah tersebut semakin terbuka, promosi yang dilakukan oleh semua pengembang di wilayah itu membuat pasar menjadi ‘panas’. Paling tidak ada 6 pengembang di wilayah yang sama, secara bersamaan mempromosikan proyeknya masing-masing. Secara tidak langsung semua mempromosikan proyeknya yang berlokasi di Serpong.

Sontak semua pasar melirik ke arah Serpong. Dalam arti lain, para pengembang diuntungkan dengan promosi ‘bersama’ sehingga dampak yang terjadi sangat dahsyat. Dalam kondisi tersebut, semua proyek dianggap sebagai ‘pesaing’ namun dalam arti positif. Semua proyek yang ada akan bersaing secara sehat dimana masing-masing proyek akan beradu strategi untuk mencari celah pasar masing-masing. Namun secara lokasi, tentunya pasar sudah sangat dikenal sehingga konsumen akan datang ke lokasi tersebut dan memilih beraneka ragam properti disana. Bahkan banyak pengembang kecil menengah pun yang kecipratan rezeki meskipun dengan budget promosi pas-pasan.

Berbeda tentunya bila sebuah proyek masuk dalam pasar yang belum ada proyek lain sama sekali. Proyek mungkin menjadi market leader dan penentu harga di wilayah tersebut, namun dalam perjalanannya akan dihadapkan pada kondisi dimana dia harus sendiri yang memasarkan proyek termasuk lokasinya. Butuh effort dan tentunya biaya pemasaran yang cukup tinggi untuk dapat meningkatkan market awareness konsumen. Semua ada risiko namun peluangnya pun bisa cukup besar.

Jadi, ketika di satu sisi proyek pesaing adalah ‘musuhmu’ namun mereka sekaligus juga sebagai ‘sahabatmu’. Yang mana yang Anda pilih? ●

Ali Tranghanda (C E O Indonesia Property Watch)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here