“Mental juara akan menjadi penentu siapa yang akan bertahan dan terus melesat
jauh bahkan disaat kondisi penuh ketidakpastian“
Saya teringat ketika menyaksikan pertandingansepak bola di final Piala Champion beberapa
tahun yang lalu, tepatnya tahun 1998. Sudah sangat lama, namun rasanya ada hal yang dapat menginspirasi kita semua.
Saat itu berlaga dua klub besar sepak bola yaitu Manchester United dan Bayern München.
Kedua kesebelasan tampil menyerang dan skor masih bertengger 1 – 0 untuk Bayern München. Memasuki injury time, sebagian pemain tim Manchester United di sisi lapangan telah masuk ruang ganti dengan kepala tertunduk. Sebaliknya tim Bayern München menampakkan wajah berseri sambil memasuki ruang ganti dengan kepastian kemenangan di tangan mereka. Tidak lama kemudian peluit dibunyikan sebagai tanda berakhirnya pertandingan. Mereka menunggu dengan suka cita. Namun alangkah terheranherannya mereka ketika melihat timnya masuk dengan wajah sedih.
Pertandingan berakhir 2-1 dimenangkan oleh Manchester United melalui dua gol di menit-menit terakhir injury time, yang sekaligus membuat mereka berhasil menciptakan “Treble”
(meraih tiga gelar besar dalam satu musim, yaitu juara Premiership, Piala FA dan Liga Champion) – sebuah pencapaian yang luar biasa bagi klub-klub Inggris. Di saat-saat terakhir tersebut kesebelasan Manchester United menyisakan mental pemenang meskipun ketinggalan 1 – 0.
Mental pemenang ini yang harus ada dalam setiap pengembang, selalu optimis melihat
kondisi yang tidak pasti di depan. Selalu membuat terobosan yang mungkin tidak pernah
terpikirkan sebelumnya. Mental juara pun harus dimiliki oleh semua tenaga pemasar untuk tetap berusaha, karena ternyata pasar masih terbuka lebar bagi kita yang mau berusaha. ●