“Karena properti itu ada di bumi, maka pakaikah ilmu bumi jangan ilmu langit”

Dalam dua tahun terakhir sebagian pengembang mengeluhkan penjualan propertinya yang menurun tajam. Berbagai strategi pemasaran baik konvensional atau bahkan lebih canggih lagi dengan digital marketing telah dilakukan, namun penjualan tetap mager (malas bergerak – red).

Kami dengan tim riset selalu melakukan market update dengan melakukan survey setiap tiga bulan untuk memastikan pergerakan pasar properti terkini. Fakta yang terungkap adalah ternyata penjualan pasar perumahan mengalami kenaikan. Berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan para pengembang. Tim analis berusaha menemukan faktor yang dapat menghubungkan kedua fakta yang berbanding terbalik ini.

Dari hasil analisis setelah dilakukan segmentasi, ternyata tergambar bahwa pasar perumahan yang berada di bawah Rp500 juta mengalami kenaikan dibandingkan di atas Rp500 juta yang mengalami terjun bebas. Tanpa disadari ternyata sebagian pengembang yang mengeluhkan buruknya penjualan merupakan para pemain properti besar dengan harga produk di atas Rp500 juta. Apakah pengembang tidak tahu mengenai tren pergerakan pasar? Jawabannya bisa ya bisa tidak.

Ya, banyak pengembang yang tahu dan sadar mengenai tren pasar properti. Namun hanya sebatas itu. Dalam perencanaan proyek pun kadang tidak ada unsur studi pasar sama sekali tetapi hanya berdasarkan insting. Kalaupun sudah tahu tapi banyak pengembang masih memaksakan untuk menjual properti mahal. Mengapa demikian? Pastinya karena keuntungan yang diperoleh lebih besar. Kalau tidak laku, mereka akan bilang “Biar aja, nanti juga laku”.

Banyak juga pengembang yang tidak tahu atau tidak mau tahu mengenai pentingnya studi pasar. Studi dan riset hanya dipandang sebagai biaya yang tidak ada manfaatnya. Semua memakai ilmu langit mengawang-awang. Dalam kondisi pasar sangat bagus, proyek apapun akan laris. Namun dalam kondisi pasar properti mengalami koreksi, maka pasar akan kembali ke ‘asalnya’ yaitu siapa yang benar-benar yang membutuhkan rumah.

Pasar akan kembali dari pasar investor menjadi pasar end-user, karena saat itu juga pasar investor akan tiarap. Tiarap karena harga properti dinilai sudah terlalu tinggi dan faktor politik ditengarai juga sebagai sebab banyak investor properti yang menunda pembelian. Bila kita bicara pasar end-user artinya sebagian besar berada di segmen sampai Rp500 juta. Jadi saat ini pakailah ilmu bumi, jangan pakai ilmu langit untuk memberikan sustainabilitas proyek. ●Ali Tranghanda

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here